Kamis, 20 Januari 2011

Bahkan keramahan tubuhmu hanya pernak-pernik mantra yang kau sebut cinta

aku mengurungkan niatku berlalu di pelepah cinta bermata biru. menerawang gegap gembita kekurangan fajar yang ketam dan sunyi, remang-remang matahari berjejer menerka busung lapar menghampiriku. aku berada jauh meninggalkan pos kesucian untuk mencoba menerjemahkan bulu yang sempat ku temukan di kain suci milik rimbanya pepohonan. sekalumit mantra berdetak saharu dalam mutiara janji penguasa perang. namun tak ada prajurit yang berkehendak sirna dengan tak dapat kisah dalam ceritanya.

pengakuan cinta dan rasa hanya sebatas hawa yang berkelana. mencari batang-batang yang rapuh dan kumuh untuk di jadikan korban pembakaran mayat dalam ritual peradaban. peperangan hanya syetan yang bergemuruh dan menjelma dalam engabdian "dirimu". tak ada kuda putih yang siap dalam peperangan akbar. bahkan jimat-jimat, mantra, keris, pedang, bahkan para cenayangpun tak sanggup untuk menggantikan lusuhnya serdadu rindu.

kiamat seakan-akan ingin ku panggil, dan ku rebut trompet itu untuk ku nyanyikan sebuah nyanyian kerinduan. nyanyian kegelisahan kerinduan dan kerakusan, nyanyian pengorbanan, keabadian dan kesengsaraan, nyanyian parade besar-besaran dalam karma dan cinta.

berteriaklah...(kataku sambil meronta) kesadaran takan muncul lagi untuk menenmuimu. bahkan ia lupa dengan kodratnya di alamnya, ia tak lagi bisa menemukan alamat yang tepat. ia melayang mencari tempat singgah yang baru dimana kesadaran dapat bercinta dengan leluasa.

menangislah.. (sambil merintih didepan jasadku) kejujuran takan kau jumpai dalam perjalananmu. higga kaupun menggorok lidahmu untuk berbohong namun ia takan lagi mucul. ia sudah berganti wajah menjadi jimat-pengakuan tanpa makna.

kecemburan hanya sebuah kebengisan wajah-cinta yang tak pernah bercinta dengan kerinduan. bahkan keramahan tubuhmu hanya pernak-pernik mantra yang kau sebut cinta. dengan seribu kebisuan yang tak sengaja kau umbar dalam keris-ampuh berwarna kehewanan, bahkan kau merelakan kekuatan ajaib menjelma sebagai dirimu dalam wajah kebisuan. dirimu takan menyadri karna aroma wewangian yang menyelimuti pulau mesra.

karma sebentarlagi menjumpai ajalnya.

penggoda sebentar lagi mandiri dengan dirinya.

kesaktian sebentarlagi terlena

terlena karma yang menggoda

kini sebongkah batu nisan ada di depanku atas nama jiwaku dan jasadku.

hanya inilah yang ku persiapkan untuk menuliskan kisahku sendiri.

namun ketika ku tulis dengan pena, tinta dalam penaku memberontak. menggelinjak seperti penat yang pekat.

ketika ku ukir namaku tiba-tiba batu itu rapuh dan pecah seperi pasir merapi yang masih hangat.

aku hanya ingin menulis... (rintihku sambil putus asa..) bahkan ku baca mantraku dengan cepat agar bisa berganti menjadi sebuah nisan yang sudah jadi..namun kini angin berubah arah.. ia tak dapat lagi di kendalikan. ia sekarang mandiri.. ia sekarang menciptakn dirinya sendiri..

(bersambung)

ttd Khamim eM.Em.M

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar

wibiya widget

 
Great HTML Templates from easytemplates.com.