Kamis, 20 Januari 2011

Bahkan keramahan tubuhmu hanya pernak-pernik mantra yang kau sebut cinta

aku mengurungkan niatku berlalu di pelepah cinta bermata biru. menerawang gegap gembita kekurangan fajar yang ketam dan sunyi, remang-remang matahari berjejer menerka busung lapar menghampiriku. aku berada jauh meninggalkan pos kesucian untuk mencoba menerjemahkan bulu yang sempat ku temukan di kain suci milik rimbanya pepohonan. sekalumit mantra berdetak saharu dalam mutiara janji penguasa perang. namun tak ada prajurit yang berkehendak sirna dengan tak dapat kisah dalam ceritanya.

pengakuan cinta dan rasa hanya sebatas hawa yang berkelana. mencari batang-batang yang rapuh dan kumuh untuk di jadikan korban pembakaran mayat dalam ritual peradaban. peperangan hanya syetan yang bergemuruh dan menjelma dalam engabdian "dirimu". tak ada kuda putih yang siap dalam peperangan akbar. bahkan jimat-jimat, mantra, keris, pedang, bahkan para cenayangpun tak sanggup untuk menggantikan lusuhnya serdadu rindu.

kiamat seakan-akan ingin ku panggil, dan ku rebut trompet itu untuk ku nyanyikan sebuah nyanyian kerinduan. nyanyian kegelisahan kerinduan dan kerakusan, nyanyian pengorbanan, keabadian dan kesengsaraan, nyanyian parade besar-besaran dalam karma dan cinta.

berteriaklah...(kataku sambil meronta) kesadaran takan muncul lagi untuk menenmuimu. bahkan ia lupa dengan kodratnya di alamnya, ia tak lagi bisa menemukan alamat yang tepat. ia melayang mencari tempat singgah yang baru dimana kesadaran dapat bercinta dengan leluasa.

menangislah.. (sambil merintih didepan jasadku) kejujuran takan kau jumpai dalam perjalananmu. higga kaupun menggorok lidahmu untuk berbohong namun ia takan lagi mucul. ia sudah berganti wajah menjadi jimat-pengakuan tanpa makna.

kecemburan hanya sebuah kebengisan wajah-cinta yang tak pernah bercinta dengan kerinduan. bahkan keramahan tubuhmu hanya pernak-pernik mantra yang kau sebut cinta. dengan seribu kebisuan yang tak sengaja kau umbar dalam keris-ampuh berwarna kehewanan, bahkan kau merelakan kekuatan ajaib menjelma sebagai dirimu dalam wajah kebisuan. dirimu takan menyadri karna aroma wewangian yang menyelimuti pulau mesra.

karma sebentarlagi menjumpai ajalnya.

penggoda sebentar lagi mandiri dengan dirinya.

kesaktian sebentarlagi terlena

terlena karma yang menggoda

kini sebongkah batu nisan ada di depanku atas nama jiwaku dan jasadku.

hanya inilah yang ku persiapkan untuk menuliskan kisahku sendiri.

namun ketika ku tulis dengan pena, tinta dalam penaku memberontak. menggelinjak seperti penat yang pekat.

ketika ku ukir namaku tiba-tiba batu itu rapuh dan pecah seperi pasir merapi yang masih hangat.

aku hanya ingin menulis... (rintihku sambil putus asa..) bahkan ku baca mantraku dengan cepat agar bisa berganti menjadi sebuah nisan yang sudah jadi..namun kini angin berubah arah.. ia tak dapat lagi di kendalikan. ia sekarang mandiri.. ia sekarang menciptakn dirinya sendiri..

(bersambung)

ttd Khamim eM.Em.M

Read more »

Selasa, 18 Januari 2011

TV adalah BOM paling mematikan pertama di Dunia settelah Bom Nuklir

Segala puji bagi Allah yang Maha dari Segala Maha, yang murbehing dumadi, yang menguasai dari yang terkecil hingga yang paling besar, dari segala sumber Keramahan, cinta kasih sayang, kedaimaian, Maha Bijaksana, Maha berilmu dan ber-Adab. Yang menciptakan segala sesuatunya dengan berpasang-pasang.

Solawat serta salam pada kanjeng Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa satu perubahan zaman.

Bacalah dengan penuh kesabaran.. insya Allah akan mengerti. Jangan membaca ini hanya setang2…. Itu pesan saya

Kuberanikan diriku menuliskan gemuruh hatiku, yang selama bertahun-tahun di landa peperangan jiwa. ku beranikan diri untuk menorehkan pena kegelisahan hatiku dan fikiranku, mungkin karna sudah terlanjur basi, sebasi parademonstran yang setiaphari terjadi didepan mataku. Tulisanku tak ubahnya hanya sebuh kentut, yang apabila tak di keluarkan akan terasa sakit diperut, bahkan bisa mengakibatkan masuk angin karna menahanya.

Pertama,“Indonesia” sebutan Negara yang ku huni saat ini, katanya bertanah subur makmur aman dan nyaman, ada juga yang menyatakan gemah ripah loh jinawi. Seakan-akan baru pagi ini aku benar-benar merasa itu semua telah sirna dihadapanku. Hampir tak sempat aku mencarinya karma di hadapanku sekarang tak ada yang bisa aku maknai. Mungkin karma Indonesia terlalu unik. “Demokratis”, sebuah kata-kata yang renyah namun “busuk”. Kedengaranya baik dan bagus, namun Beringas. Mau tidak mau itu terjadi sekarang. Ntah sampai kapan “Indonesia_Dmokratis” akan seperti ini.

Demo, perkosaan, pembunuhan, saling sikut, penggusuran lahan, perbudakan, intimidasi, membuka aib, gossip, bencana dll adalah hidanganku setiaphari. Seakan-akan aku hidup di Indonesia yang berbeda dengan apa yang dituturkan para pendahuluku. Aku tak dapat meng-eja satu persatu.. karna tak ada lagi yang aku pilah dan aku pilih.. semuanya “salah kaprah dimataku”, atau mungkin aku saja yang merasa antara kesalahan dan kebaikan tak bisalagi aku bedakan. Mungkin karna kebodohanku melihat ketidak ramahan di media yang semakin hari semakin melakukan pemerkosaan fikiran dan menjadi bom waktu bagi hati manusia yang melihat dan membacanya. Media yang dianggap sebagai tali media, tak bisa menjadi sebuah mediasi yang baik. yang sebenarnya harus menjadi bahan peran penyeimbang wawasan malah menjadi bom yang paling mengerikan pertama di Dunia. Aku lebih sepakat ini adalah bom yang tak bisa di cegah oleh siapapun kecuali Tuhan. Jika bom Nuklir mengabiskan banyak nyawa. Namun ini lebih dari itu. Dan yang seharusnya di lakukan oleh manusia atau pengkonsumsi media harus lebih peka, lebih tau dan bisa memilah. Namun seberapapun diri mereka peka dan bisa memilih, namun tetap mengancam, karna generasi yang akan datang belum tentu dapat menerima apa yang kita takutkan. Banyak kasus-kasus kekinian, yang dialami anak-anak kita. Salah satunya adalah “Sex”, dulu sex memang di anggap tabu. Karan di dalam ke-tabuan terdapat ke-imanan, namun tidak semua yang tabu itu berarti iman. dulu kala ketika sex masih di anggap tabu, kasus pemerkosaan hampir bisa di hitung oleh jari.

Dosa apakah yang ku perbuat.. aku tak dapt lagi menghirup wewangian bunga peradaban. sudah lama aku tak bisa tidur terlelap. Tak bisa pula aku bisa menolong diriku yang terlanjur tercebur di gelombang pasang. S

Media yang semakin hari semakin mejadi sebuah trend di masyarakat baik anak kecil dewasa nenek-nenek dll, adalah manivestasi dari sebuah kemajuan “elektronik”. Namun hal ini tidak di imbangi dengan besic penikmat TV. Degradasi sebuah kekurangan yang di anggap kurang menguntungkan jika seorang penikmat TV melahap mentah-mentah yang ada pada Tv tersebut. Media elektronik yang disebut TV memang banyak memberikan sumbangsih yang besar dalam hal ini informasi-informasi yang ada di lura daerah. Namun semakin bertambahnya pola industry elektronik dan persaningan yang kurang sehat seakan-akan TV bisa menjadi sebuah penentu pergerakan.

Dapat di gambarkan, bahwa media yang satu ini sedikit banyak membawa virus yang sangat mematikan peradaban, melebihi bom nuklir yang terdapat dimanapun. Kenapa saya bilang seperti itu?.

Pertama, jika kita jeli dan peka terhadap apa yang kita lihat mungkin sangat bisa merasakan betul, bahwa TV memberikan suguhan yang “mentah” kementahan ini di awali dari beberapa kehidupan sehari-hari pasalnya dari beberapa masyarakat hamper sebagian besar adalah penikmat yang berbeda-beda, dari konglomerat, ilmuan, wirausaha, petani dan kaum buruh serta sector-sektor yang lain. Kementaha ini mengakibatkan cara untuk menerima dari kementahan ini meng eks-preskan berbeda-beda. Diskursus tersebut juga terjadi di beberapa perjalanan sejarah pemikiran hingga saat ini.

Kedua, ketidak jelasan media TV . salah satu studi kasus yang dapat membuat TV tidak jelas adalah menyiarkan tanpa alami. Atau di buat-buat, apalagi seiring pergesekan media televisi yang semakin harii semakin berlomba-lomba menyiarkan hal-hal yang kurang dianggap perlu. Saya tidak perlu menyebutkan satu persatu. Sudah sangat jelas di depan mata. Banyaknya TV yang sekarang di pesan oleh para seponsor dengan reality show yang kurang memebrikan kepositivan. Salah satunya adalah berita tentang luna vs ariel. Disisi yang satu memang sangat perlu namun. Pemberitaan yang semakin terus menerus membuat orang yang melihat mendengar itu jadi “penasaran”. Nah penasaran ini mengakibatkan dampak yang kurang positif dalam pemikiran dan pesikologi pendidikan.

Ketiga, hak alami yang semakin di perkosa oleh media. Ada pepatah menyatakan jika “belajar berawal dari melihat” maka ia pun langkah selanjutnya ingin merasakan dan melakukan hal yang sama. Namun jika pemberitaan mengenai hal yang negative, maka penkmat akan selalu menjadi kecanduan melebihi pecandu narkoba. Dengan kata lain kecanduan narkoba lebih baik dari pada kecanduan TV.

Kedua, hilangnya kebudayaan kemanusiaan yang ber-adab berbudaya berakhlak dan mengeksplorasikan kedalam wadah yang lebih “sehat” walau dalam “kesehatan” bisa di artikan obyektiv dan subjective. Al-hasil sebuah kebudayaan yang akan hilang agar sedikit lebih mengena dan aga berbau intelektual saya akan berbicara tentang beberapa venomena yang menyangkut hal tersebut. Kebudayaan didefinisikan dengan berbagai cara. Bisa dimulai dengan sebuah definisi yang tipikal, yaitu definisi yang diusulkan oleh Marvin Harris dalam buku The Rise of Anthropological Theory (1968) : “konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu, seperti adat (custom), atau cara hidup masyarakat”. Membatasi definisi kebudayaan dengan pengetahuan yang dimiliki bersama, tidaklah menghilangkan perhatian pada tingkah laku, adat, objek, dan emosi. Terjadi pengubahan penekanan dari berbagai fenomena ini menjadi penekanan pada makna berbagai fenomena itu. Konsep kebudayaan ini (sebagai suatu sistem simbol yang mempunyai makna) banyak mempunyai persamaan dengan interaksionalisme simbolik, sebuah teori yang berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan makna interaksionalisme simbolik berakar dari karya para ahli sosiologi seperti Cooly, Mead, dan Thomas. Blumer mengidentifikasikan tiga premis sebagai landasan teori ini sebagaimana yang dikemukakannya dalam Simbolic Interactionalism:

Premis Pertama

Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka. Artinya, bahwa orang tidak bertindak terhadap berbagai hal ini, tetapi terhadap makna yang dikandungnya.

Premis Kedua

Yang mendasari interaksionalisme simbolik adalah bahwa makna dari berbagai hal itu berasal dari atau muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Kebudayaan, sebagai suatu sistem makna yang dimiliki bersama, dipelajari, diperbaiki, dipertahankan, dan didefinisikan dalam konteks orang yang berinteraksi. Budaya masing-masing kelompok, tak dapat disangkal lagi, terikat dengan kehidupan sosial komunitas mereka yang khas.

Premis Ketiga

Makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang ia hadapi. Menggunakan kebudayaan untuk menginterpretasikan situasi. Aspek penafsiran ini dapat dilihat secara lebih jelas apabila menganggap kebudayaan sebagai peta berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari. Peta kognitif berperan sebagai pedoman untuk bertindak dan menginterpretasikan pengalaman. Peta kognitif tidak memaksa untuk mengikuti suatu urutan tertentu karena kebanyakan kehidupan merupakan serangkaian kesempatan sosial yang tidak diketahui sebelumnya. Walau suatu kebudayaan tidak mencakup suatu peta detail mengenai berbagai kejadian, namun memberikan prinsip-prinsip untuk menginterpretasikan dan memberi respon terhadap kebudayaan itu.

Hegemoni Pasar dalam Perubahan Budaya

Mungkin proses-proses yang paling terbuka dan paling sadar yang digunakan nilai-nilai materialisme rasional untuk menemukan cara untuk memasuki budaya rakyat adalah dengan timbulnya pemasaran, yang melibatkan suatu pembentukkan kembali budaya secara disengaja alias rekayasa kebudayaan. Budaya suatu masyarakat manusia amat mirip dengan apa yang dinamakan ilmuwan fisika dengan bidang (field),aitu suatu konsep yang mereka kembangkan untuk menjelaskan kepaduan yang dengannya zat fisikal mengatur dirinya. Sebuah bidang itu adalah kekuatan universal yang merembesi ruang dan melaksanakan pengaruh terhadap zat, seperti sebuah bidang elektromagnetik atau suatu bidang daya tarik. Bidang-bidang itu per definisi tidak dapat dilihat, dan hanya dapat dideteksi dan diukur dengan efek-efek materialnya. Demikian pula, budaya atau kebudayaan adalah bidang-bidang masyarakat yang mengatur namun tidak terlihat. Meskipun budaya-budaya itu merembesi ruang-ruang sosial kita, namun ia hanya dapat terlihat dalam perilaku orang-orang yang dapat diamati, yang sama-sama berbagi dan menganut nilai-nilai dan ketentuan-ketentuannya. Semua itu penting bagi setiap penjelasan dari fungsi masyarakat yang padu, sama pentingnya dengan bidang elektromagnetik dan bidang daya tarik dalam menjelaska susunan suatu zat. Sebagai makhluk sosial, kita memiliki dorongan yang kuat untuk bereaksi terhadap bidang-bidang budaya itu dan kuat pula alasannya. Bidang budaya itu memberikan kemampuan bagi masyarakat manusia untuk berfungsi secara terpadu tanpa adanya kekuasaan lembag terpusat yang memaksa, yang menurut filsafat Hobbesian perlu sekali untuk mengendalikan naluri kita yang lebih rendah. Apabila suatu bidang budaya timbul sebagai ekspresi pengalaman nilai dan aspirasi yang disepakati bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat, maka ia berfungsui sebagai mekanisme demokratis yang mendalam untuk mencapai kepaduan / koherensi sosial. Namun bila suatu kelompok kecil mampu mamanipulasi simbol – simbol dan nilai – nilai budaya masyarakat untuk mencapai tujuannya sendiri itu, maka proses reproduksi budaya dapat menjadi amat tidak demokratis dan amat destruktif. Seperti didokumentasikan secara amat luas oleh sejarawan Wiliam Leach, maka raksasa-raksasa pengecer pada akhir abad XIX dan awal abad XX telah memutuskan bahwa untuk meningkatkan keuntungan, mereka harus menciptakan permintaan yang lebih besar terhadap barang-barang mereka, dan harus mengganti budaya rakyat yang suka berhemat itu dengan budaya memuaskan nafsu sendiri. Mereka menjadi semakin pintar dalam menggunakan warna, kaca, dan cahaya untuk memberikan gambaran surga firdaus di atas dunia. Mereka menampilkan model-model yang cantik dan tampan untuk ditampilkan dalam peragaan mode, mereka mensponsori pameran museum – museum yang menggambarkan kehebatan budaya baru itu, dan menggunakan media massa untuk menenggelamkan orang dalam pesan yang memperkuat kembali budaya nafsu. Kartu kredit menjadikan bahwa segalanya tampak berada dalam jangkauan setiap orang. Dengan cara seperti itu, pengecer akhirnya menciptakan budaya konsumerisme yang digambarkan Leach sebagai “budaya masyarakat yang paling tidak disepakati yang pernah diciptakan”. Dewasa ini korporasi-korporasi terus bekerja keras mengubah budaya rakyat dunia khususnya masyarakat perkotaan, menjadi hedonisme ala Hobbes. Korporasi-korporasi tersebut sedang berusaha memantapkan hegemoni budaya kerakusan dan berkelebihan pada hampir setiap negara di dunia, dalam upaya mereka yang tak henti-hentinya mencari lebih banyak lagi pelanggan. Memang, kita sepantasnya memperhatikan apa yang sedang dilakukan gerombolan korporasi itu terhadap budaya-budaya yang belum mau berubah menjadi suatu bentuk perang nilai, dengan merendahkan nilai budaya mereka lewat tuduhan-tuduhan seperti ; kolot, membosankan dan miskin. Sebagai gantinya menawarkan janji-janji sorga materi yang mengasyikkan, menyenangkan,

Dengan kata lain jika di kaitan dengan media televise adalah sebuah perpaduan yang bisa di logiskan… jika kepekaan hati terhadap permasalahan ini maka tv adlah sebuah rekayasa pemusnahan kebudayaan yang sejati.. yakni memperbaiki budaya. TV tidak lagi berbudaya.

Salah satu hal yang harus di cermati adalah Indonesia tidak lagi bisa menghasilkan budaya yang sehat. Budaya yang bisa membaw kebanggan-kebenaran dan kesehatan di dalamnya. Hal ini juga pernah di alami oleh beberapa Negara di dunia. Namun yang perlu di catat bahwa ada beberapa hal. Diantaranya adalah hegomoni luar terhadap Indonesia lewat media yang ujung pangkalnya sebuah ffase peralihan kebudayaan, saya lebih sepakat ini adalah perang kebudayaan yang tidak di sadari kita.

Dalam sejarah juga pernah di sebutkan konsep-konsep hegemoni., diantaranya adalah konsep yang di usung Gramsci berpendapat bahwa budaya Barat sangat dominan terhadap budaya di negara-negara berkembang, sehingga negara berkembang terpaksa mengadopsi budaya Barat. Dalam konteks pembangunanisme, konsep Gramsci memang sangat dekat dengan dasar pemikiran teori dependensi (Cardoso), termasuk imperialisme struktural (Johan Galtung) dan imperialisme kultural (Herbert Schiller). Saya mencoba mengkritik konsep hegemoni yang dikembangkan oleh Antonio Gramsci, karena wacana Gramsci ternyata tidak membantu untuk mengerti interdependensi (bukan dependensi) kultural antara dunia Barat dan dunia Timur maupun antara dunia Utara dan Selatan. Proses globalisasi itu memang jauh lebih kompleks.

Soo.. singkat bicara..

Manusia adalah makhluk yang mengkonseptualisasilkan dan menyimbolkan, seperti dikemukakan oleh Leslie White, sesungguhnya manusialah satu-satunya mahluk yang dapat dibunuh dengan sebuah lambang, oleh sebab itu tampak masuk akal kalau kita anggap bahwa sistem simbol atau ideologi yang digunakan manusia untuk menjelaskan menanata sistem sosial serta alaminuya akan menentukan suatu perannadalam pelestarian serta perubahan struktur kemasyarakatan, akan tetapi pertaannya adalah seberapa besar pertan faktor ideologis dalam menentukan pelestarian serta perubahan kultural itu ?

Sebenarnya saya ingin menuiskan lebih banyak namun karna keterbatasan waktu akhirnya saya sudahi tulisan saya.dan dalam tulisan disini banyak yang di buang.

Solusinya: setiap manusia punya main beground yang berbeda-beda. Namun jika lebih jeli dan peka terhadap lingkungan maka anda sendiri yang dapat menentukan. Karna setiap kelakuan kita menentuakan bangsa agama peradaban dan pemikiran kedepan. So.. jangan terlalu TV…

Read more »

Senin, 17 Januari 2011

Sekilas Penetrasi Barat terhadap Islam di Afrika Utara


I. Pendahuluan

Perbincangan sejarah Islam di Afrika Utara abad XIX-XX ditandai dengan adanya “revolusi” (perancis, Itali, Inggris), yang memaksa kekuatan perancis membuat sebuah keberanian tersendiri untuk membentuk sebuah koloni-koloni, dan membangun sebuah Negara penjajah, hal ini banyak sejarawan mencatat, salah satu dari rentetan kejadian kolonialisasi Barat terhadap negara-negara kecil, khususnya dunia Islam. Dipicu dari “3g”, kekuatan-kekuatan Negara adidaya mulai melancarkan adikuasanya ke wilayah-wilayah Negara-negara kecil. Fokus dalam pembahasan ini lebih mengedepankan pembahasan sekilas penetrasai barat terhadap dunia Islam (khususnya di daerah Afrika Utara)

Afrika Uatara, yang pada abad XIX-XX yang didominasi kekutan-kekuatan Islam, yakni; Al-Jazair, Tunisia, Libia, Maroko, Dan Mesir;- adalah sebuah catatan “entry point” tersendiri bagi dunia Islam. Adalah sebuah responsibilitas dunia Islam terhadap penetrasai Barat (di Afrut). Yang masing-masing daerah memupunyai keunikan, baik secara respon politik maupun perlawanan-perlawanan terhadap sekutu.

Hal inilah yang menjadi bahan pembahasan yang ingin saya hadirkan dalam tulisan ini. Diantara yang menyangkut prihal respon Islam pribumi terhadap kekuatan-kekuatan barat, hubungan-hubunganya, dan sedikit menyangkut peran-peran Islam pribumi menghadapi Dunia Barat.

Yang perlu dicatat;- bahwa dunia Islam, mengalami banyak roda perjalanan. sifat yang flugtuative dalam dunia Islam bisa dikatakan ini adalah diagram yang baku dalam ke-sejarahan dunia Islam. Hal ini sangatlah tampak dan jelas, dari semasa Nabi hingga Abad XX. Peran-peran Islam mengalami sedikit banyak mempunyai sejarah table diagram yang bersifat Flugtuative. Salahsatu, pemicunya adalah pergantian generasi.

Namun, dalam makalah ini akan lebih mengedepankan beberapa pointer saja berkaitan dunia Islam, khusunya di daerah Afrika Utara. Pembahasan akan pemakalah mulai dari kedatangan Barat dan seputar perlawanan-perlawanan Islam Pribumi (khususnya Islam di Afrika Utara)

II. Isi

Dalam abad ke-19 dan awal abad ke- 20, didorong oleh kebutuhan ekonomi industri terhadap bahan-bahan baku dan pemasarannya, dan juga oleh kompetisi politik dan ekonomi satu sama lain/ negara-negara Eropa menegakkan kerajaan teritorial-dunia. Belanda menjajah Indonesia sementara Rusia di Asia Tengah (1500 M-1700 M), Inggris mengonsolidasi kerajaan mereka di India dan Afrika, dan mengontrol sebagian Timur Tengah, Afrika Timur, Nigeria, dan sebagian Afrika Barat.[1] Serta pada masa masa ini Telah disebut, bahwa dengan agresi negara-negara Barat yang menguasai wilayah raksasa Turki Usmani satu demi satu, akhirnya kekusaan sultan Turki semakin kecil di wilayah Eropa dan menjadi wilayah-wilayah tertentu tidak merdeka, tetapi juga tidak dikuasai oleh Usmani, menyebabkan muncul eastern question (masalah Timur). [2] latar belakang inilah yang dianggap pemakalah sebagai sebuah pijakan awal kondisi dunia pada waktu itu.

Islam di Arika Utara, seperti yang sudah tercatat dalam sejarah bahwa, secara teritorial, kedatanagan bangsa Barat di Afrika Utara mengharuskan Islam “bertekuk lutut”. hal ini mengakibatkan Islam disetiap daerah jajahanya mempunyai respon yang berbeda-beda. Terlihat beberapa gambaran yang akan saya hadirkan dalam makalah kali ini.

Para sejarwan menyebutkan: daerah Afrika Utara meliputi beberapa bagian, diantaranya; Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, dan Mesir. Kedatangan Barat yang membawa misi disetiap Negara, tidak terlepas dari “pertemuan kebudayaan” walau tidak dinafi’kan bahwa persentuan budaya yang ada adalah sebuah persentuhan karna pendatang (pihak Barat) bukan dalam hal peranan pemerintah setempat dalam hal diplomasi, melainakn sebuah koloni. Akan tetapi mesir dalam pembahasan kali ini tidak akan saya hadirkan.[3]

Kondisi sebelum kedatangan barat di setiap negara mempunyai sejarahnya masing-masing, perlu di catat bahwa kekuatan Turki yang masih mendominsi sebagian Negara-negara tersebut mengharuskan melepaskan daerah ke-turkian mereka, dan bertekuk lutut dibawah kekuasaan Bangsa Barat. Selanjutnya gambaran-gambaran umum mengenai peranan-peranan dan sekilas kondsi di setiap Negara terkecuali Mesir.

a. Aljazair

Aljazair menjadi negara Arab pertama yang ditaklukkan Prancis (1830-1847 M).[4] kedatangan bangsa barat yang bermisikan Glori gold dan gospel pertama menundukan Aljazair di Afrika Utara. Ada banyak sebab yang melatar beakangi; perpajakan yang semakin tinggi, untuk memotong jalur perdagangan serta ingin menguasai serta membuat jalur perdagangan di laut tengah, dll.

Pada tahun 1830, pemerintahan Charles X (Perancis), didorong oleh kepentingan militer untuk merestorasi prestige politiknya setelah keka-lahannya dalam perang Yunani dan didorong oleh kepentingan perdaga-ngan Marseille, Pemerintahan Charles dapat men-duduki Aljazair dan kota-kota pantai lainnya. Perancis semula enggan melakukan penaklukan atas daerah-daerah lainnya karena biaya yang akan dikeluarkan cukup besar.[5]

Kedatangan perancis atas Aljazair, tidak tanpa sebab.[6] Yang pada kelanjutanya ketegangan-ketegangan semakin meluas sehingga mengakibatkan aljazair takluk dan menjadi koloni perancis.

Respon Islam pribumi

Respontion emergency islam pribumi diawali oleh seorang tokoh, diantaranya adalah Abdul Qadir,[7] anak pemimpin tarekat Qadiriyyah. Dia mendirikan satu negara Muslim di Aljazair Barat. Pada tahun 1832, dia mendeklarasikan diri sebagai peimimpin orang-orang Arab dan bertanggung jawab untuk mengaplikasikan hukum Islam di wilayahnya dan menyatakan perang terhadap Pemerincah Perancis.[8]

Sepak terjang Abdul Qadir terekam dalam beberapa catatan. Diantaranya,; semasa Abdul Qadir mencoba melawan kolonialisasi barat, walaupun kondisi sebelum datangnya barat memang tercatat sudah banyak ketidak setabilan pemerintahan.

Aljazair, sebelum kedatangan bangsa barat ada beberapa poin; diantaranya;- jauhnya pusat kekuasaan Utsmaniyah sehingga banyak dari mereka yang kurang di berikan “support dan dorongan”, baik militer, kepemimpinan dll. Hal ini mengakibatkan kerentanan antar penduduk semakin terlihat.

Pertemuan antara budaya ketimuran dan barat mengharuskan perlawanan demi perlawanan semakin sengit, walaupun Abdul Qadir sesaat mendapat kemenangan, terkadang juga ia menyerah terhadap perancis yang tidak lain untuk melindungi serta mempertahankan warga Aljazair. Dalam hal ini bisa digambarkan ketika, awal peperanganya melawan Barat, yakni pada 1839, ia memimpin peperangan bersama suku Barbar dan Arab terhadap perancis. Yang sebelumnya memengan tercatat bahwa Abdil Qadir; pada tahun 1832-1841, Abdul Qadir bersikap keras dan lunak ter­hadap penguasa Perancis. Sesekali dia menyatakan perang, tapi terkadang dia pun setuju untuk berdamai sebagai suatu strategi yang komprehensif demi suku-suku yang ada di Aljazair. Akan tetapi, pada tahun 1841 Jenderal Bugeaud memutuskan untuk menguasai Aljazair dan menjadikannya sebagai koloni Perancis. Sebagai konsekuensinya, Bugeaud mendeportasi Abdul Qadir ke Perancis dan kemudian ke Damaskus. [9]

Berkaitan dengan hal tersebut sejarawan (Lapidus, A History of Islamic )yang di sadur oleh (Siti Maryam (ed) Sejarah Peradaban Islam dari Kalsik Hingga Modern) menyataka bahwa; Ambisi Bugeaud semakin tak terkontrol. Dia bahkan melakukan pembasmian massal. Dia merusak kebun buah-buahan, membakar lahan pertanian, dan menghancurkan kampung-kampung penduduk. Pembasmian ini dan pendeportasian Abdul Qadir memicu penduduk Aljazair untuk mengadakan pemberontakan-pemberontakan.[10]

Di Aljazair Utara, pada tahun 1849 Bu Zian, seorang syekh pendukung Abdul Qadir, menentang perpajakan dan kontrol Perancis terhadap Aljazair. Pada tahun 1859, seorang pemimpin tarekat Rahmaniyyah, menyatakan jihad (terhadap kesewenang-wenangan Perancis) di wilayahnya Selanjutnya, pada tahun 1879 Muhammad Amzian, yang menyatakan dirinya sebagai Mahdi, menyerang para pegawai pemerintahan lokal.[11]

Di bagian selatan-pun pemberontakan-pemberontakan serupa terjadi. Pada tahun 1851-1855 dan 1871-1872 pemberontakan-pemberontakan itu dilakukan oleh para penggembala unta, yang berusaha menjaga jalur-jalur menuju oase utara dan menyerang para pegawai pemerintahan. Di samping itu, para pengembala domba pun melakukan pemberontakan (sabotase-sabotase) terhadap beberapa akses ke pasar dan menghindari ketergantungan ekonomi (pada penguasa Perancis).[12]

b. Tunisia

Berbeda dengan Aljazair, di Tunisia terhitung “tidak melakukan perlawanan”,[13] ada beberapa catatan mengenai respon Islam terhadap barat (Perancis), namun kebanyakan langkah yang di ambil adalah langkah Save atau mengamankan diri.

Pada tahun 1881, Perancis, yang menduduki Aljazair semenjak tahun 1830-an, memulai menguasai Tunisia. Selanjutnya, Perancis telah menjadi pengawas kantor-kantor pemerintahan Tunisia pada tahun 1884. Pemerintah Perancis, selanjutnya, mendirikan sistem yudisial baru untuk orang-orang Eropa dengan tetap menjaga pengadilan syariah untuk kasus-kasus yang berkaitan dengan orang-orang Tunisia. Pemerintah Perancis juga membangun beberapa jalan, pelabuhan, rel kereta api, dan pertambangan.[14]

Pada pertengahan abad ke-19 dalam kondisi kekuatan ekonomi Eropa yang semakin meningkat dan lemahnya kekuatan ekonomi dalam negeri, para penguasa Tunisia telah mencoba melakukan modernisasi diberbagai bidang. Ini dilakukan ketika Tunisia masih berada di bawah pengawasan protectorate Perancis (tahun 1884).[15]

Tunisia, sebuah Negara kecil antara Libya dan Aljazair, mengakibatkan Negara ini harus tunduk dan menjadi koloni di bawah Perancis. Keadaan respon pribumi pada kelanjutanya lebih mengedepankan untuk berjabat tangan. Hal ini diperkuat oleh beberapa sejarawan mencatatnya

Ahmad Bey (1837-1855) mendirikan sekolah politeknik pada tahun 1838 dan mengundang ahli-ahli Eropa untuk melatih satu korps infantri baru. Pada tahun 1857, Muhammad Bey (1855-1859) mengumumkan secara resmi satu konstitusi yang menjamin keamanan warga Tunisia, persamaan dalam urusan perpajakan, kebebasan beragama, dan pengadilan gabungan Eropa-Tunisia. Tidak kalah pentingnya adalah bahwa Khairuddin (1837-1877) telah melakukan berbagai perbaikan dalam bidang-bidang yang cukup penting.

Pertama, Khairuddin telah membantu mendirikan College Sadiqi pada tahun 1875 untuk melatih para pegawai pemerintah, dan menunjuk para supervisor baru untuk Masjid Zaetuna. Selanjutnya dia mendirikan kantor-kantor baru untuk urusan wakaf, dan mereorganisasi pengadilan muslim terutama untuk memenuhi tuntutan persamaan perlakuan orang-orang Eropa. Perbaikan juga meliputi pendirian percetakan untuk mem-produksi buku-buku teks untuk pelajar-pelajar college Sadiqi dan merepro-duksi khazanah hukum Islam klasik.

Keberhasilan reformasi yang dilakukan oleh Khairuddin tidak lepas dari adanya dukungan kelompok agamawan. Tidak hanya para ulama, tetapi juga para sufl sangat mendukung berbagai perbaikan yang dilakukan-nya. Di samping itu, kedua kelompok terakhir ini di Tunisia tidak saling bersitegang, ini berbeda dengan kondisi di Aljazair.[16]

“Respon jabat tangan”pun semakin diperjelas. Pemerintah Perancis pun turut campur dalam sistem pendidikan Muslim Tunisia. Pada tahun 1898, Perancis mencoba mereformasi lenvbaga pendidikan Masjid Zaetuna, dengan memasukkan subyek-subyek modern dan metode-metode pedagogis. Akan tetapi, reformasi dalam subyek hukum Islam banyak ditentang oleh para ulama.[17] walaupun ketegangan-ketegangan terjadi diantara keduabelah pihak, namun yang terjadi tidak mengakibatkan peperangan seperti yang ada di Aljazair. Yang pada kelanjutanya di Tunisa, Perancis pada masa selanjutnya lebih menekankan dan mencoba mensekulerkan masyarakat Tunisia, dan beberapa Gender (emansipasi wanita) adalah sebuah perubahan yang harus diterima oleh warga Tunisia.

c. Maroko

Secara geografis, Maroko terletak di daerah paling barat Afrika Utara. Keadaan kali ini, Islam berbeda keadaanya diantara Negara-negara Afrika Utara lainnya. kondisi Maroko, Negara disebelah barat Aljazair ini sebelum barat memeasuki wilayah mereka tercatata sudah “merdeka”. Yang pada jauh seblumnya kondisi-konidisi di Maroko sudah tergolong “setabil” pasalnya beberapa Dinasti Islam di Maroko tergolong sukses. Salah satunya adalah Dinasty Fatimiyyah, namun setelah angin buruk yang menimpa kekaisaran Turki Utsmani pada akhirnya menjadi terpecah belah yakni di-era kepeimpinan Mahmud II (1809).

Kondisi perlawanan-perlawananpun dilakukan oleh penduduk, kondisi maroko yang pada awalnya membatu Abdul Al-Qadir di Aljazair bagian Barat, setelah kekalahan Abdul Al-Qadir kalah dan dideportasikan megharuskan orang-orang Maroko mundur dan mendirikan perlawanan ketika Barat juga memasuki Negara mereka.[18]

Keadaan ini diteruskan dalam bentuk perlawanan Maroko terhadap sepanyol(1859-1860), dan meskipun kemerdekaan Maroko dijamin kemerdekaany dalam konferensi Madrid (1880) Maroko pada kelanjutanya mengalami Krisis pertamanya 1905-1906 dan Krisisnya yang kedua(1911). Akhirnya Maroko dipaksa untuk mengakui Prancis Protektorat Perancis melalui Perjanjian Fez, ditandatangani pada tanggal 3 Desember 1912.dan dengan itupula Maroko tunduk.[19]

Perjanjian Fez, yang di tandatangani kedua belah pihak mengizinkan Perancis bertindak atasnama Maroko.[20] Keadaan kekuasaan protectorate Perancis atas Maroko sangatlah berdampak kurang “menguntungkan”, terlihat dari beberapa kebijakan-kebikan yang telah di buat, yakni: pendidikan dll.

d. Libya

Berbeda dengan Negara-negara Afrika Utara lainya, Libya tidak dibawah kolonisasi Perancis, tetapi Italia. Pada masa ini keadaaan Libya lebih banyak digambarkan, munculnya tarekat-tarekat dari pribumi. Salah satunya adalah Tarekat Sanusiyyah.

Gerakan tarekat Sanusiyyah dibentuk pada tahun 1830 oleh Muhammad Ibn Ali Al-Sanusiyyah (1787-1859). Gerakan ini dibentuk untuk menyatukan Ikhwanul muslimin yang ada, dan untuk menyebarluaskan dan merevitalisasi Islam. Bahkan di tegaskan bahwa gerakan Sanusiyyah dibentuk untuk menghindari dan mempertahankan Islam dari agresi bangsa asing. Untuk tujuan ini, gerakan Sanusiyyah memilih daerah terpencil yaitu: Cyrenacia, suatu daerah yang berada diluar pengaruh bangsa Eropa dan hanya secara nominal dibawah rezim Utsmaniyyah. Dengan demikian tempat itu cocok untuk suatu gerakan keagamaan.[21]

Pondok-pondok Sanusiyyah menjadi pusat misi dan pendidikan agama Islam dan juga menjadi perkampungan pertanian dan perdagangan. Pondok-pondok itu dihubungkan dengan route-route perdagangan. Selama hampir sembilan dasawarsa, gerakan Sanusiyyah memiliki gerakan revivalis Islam yang kuat, yang memadukan unsur-unsur ekonomi dan agama, tersebar di sepanjang wilayah Cyrenaica, Fazzan, dan sebagian wilayah Tripolitania.

Di samping itu, gerakan Sanusiyyah pun mendapat pengakuan dari orang-orang Badui setempat. Ini akibat usaha gerakan ini menggalang persaudaraan dikalangan mereka. Sanusiyah mendapat otoritas untuk urusan kerjasama niaga, menjadi mediator dalam berbagai konflik, dan untuk urusan-urusan pengajaran agama dan representasi politis. Adalah logis, bila pada akhir abad ke —19, gerakan Sanusiyyah telah mampu membangun satu koalisi kesukuan yang cukup luas di sebelah barat Mesir dan Sudan.[22]

Yang perlu dicatat di Tripolian-Libya, adalah sebagai Basis propaganda keagamaan yang diarahkan untuk mendorong suku-suku Tunisia melawan penjajah Perancis. Hal ini mengakibatkan ada banyak pertentangan-pertentangan antara Itali dengan Islam, terlebih-lebih Islam (Turki Utsmani) yang sudah mengisyaratkan untuk membuat kesepakatan dengan pihak Perancis berkaitan dengan masalh pelarian-pelarian Tunisia di Tripolitania. Semenjak tahun 1835-1911, penguasa-penguasa Ottoman telah melakukan banyak untuk Libya. Mereformasi administrasi Negara mengembangkan kota dan pertanian, mendorong pendidikan lokal dll.

Singkat cerita, Pada awal oktober 1911, Itali telah dapat menduduki pelabuhan-pelabuhan penting di Libya. Hingga pada akhirnya, pembelian tanah atas dasar tujuan pertanian dan pembangunan sejumlah perusahaan-perusahaan Itali.[23]

III. Tinjauan Umum dan Penutup

Disisi yang lain, pada kelanjutanya; disebutkan bahwa peran dan kekuatan-kekuatan yang yang terjadi pada abad XIX-XX lebih banyak didasari dari peperangan Agama, yakni Islam dan Kristen. Sebab-sebab terjadinya berbagai bentuk konflik ini tidak berbeda dalam rangka “fenomena perubahan”. Peperangan-peperangan yang terjadi 1820-1929 adalah sebuah gambaran reflek sebuah kenyataan dan keadaan. [24]

Pada kelanjutanya (dari beberapa pendapat sejarawan: Barry, Hungtington, dan Bernard Luwis, dan disadur pulah oleh A. Maftuh Abiegibriel), secara histories salah satu bentuk dari ‘fenomena perubahan’ ter-refleksikan dalam beberapa catatan sejarah;- adanya pertentangan antara sekularisme versus Agama.[25]

Secara garis besar hal inilah yang menjadi “sumbu” dari beberapa konflik. Namun disisi yang lain yang perlu dicatat;- permasalahan gobal dan internal juga menjadi sebuah gerakan reaksioner penopang keberadaan jawaban sejarah, tidak lain;- persentuhan peradaban antara Barat dan Timur juga mengakibatkan dampak yang baik bagi Negara-negara jajahan.

Disamping yang saya sudah sebutkan diatas jika diinjau dari segi ekonomi saya menemukan beberapa catatan mengenai penyebab mengapa menguasai daerah Afrika Utara, diantaranya; di Sudan terdapat tambang emas dan pasar budak, hal ini semakin menjelaskan pihak barat akan materialis.


[1] Karim,Abdul.Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam,Yogyakarta:Pustaka Book Publiser,2009.hal. 343

[2] Ibid,.- hal. 348-349.

[3] Menurut Ira M. Lapidus,disadur pula oleh Maryam,siti(ed).Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,Yogyakarta: LESFI.2004 hal. 237;yang termasuk dalam wilayah Afrika Utara adalah negara Aljazair, Tunisia, Maroko dan Libya. Mesir tidak dimasukkan dalam wilayah ini walaupun secara geografis terletak di wilayah tersebut. Ini discbabkan karena Mesir mempunyai sejarah yang sangat ber-beda dengan keempat negara tersebut di atas. Oleh karena itu, Mesir akan didiskusikan dalam bab tersendiri.

[4] Karim,Abdul.Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam,Yogyakarta:Pustaka Book Publiser,2009.hal. 342. serta Hitti,Philip.K.History Of Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,2006. hal. 915

[5] Maryam,siti(ed).Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,Yogyakarta: LESFI.2004 hal. 238

[6] Charles X pada tanggal 31 Januari 1830, memutuskan untuk mengirim ekspedisi militer ke Aljazair untuk mengakhiri ancaman para perompak Aljazair diajukan ke Mediterania perdagangan dan juga meningkatkan popularitas pemerintah dengan kemenangan. diakses tanggal 23-Oktober-2010 jam 03:00 wib.http://en.wikipedia.org/wiki/Charles_X_of_France.

[7] Abd al-Qadir Bin Muhyieddine (عبد القادر ابن محي الدين)/Abd al-Qadir al-Jazā'irī. ulama, sufi, dan militer pemimpin politik yang memimpin perjuangan melawan invasi Perancis pada pertengahan abad kesembilan belas, dimana dia dipandang Aljazair sebagai pahlawan nasional mereka. Ayahnya, Muhyi al-Din al-Hasani, adalah seorang syekh di Qadiri Sufi urutan Islam. Dia adalah seorang Banu Ifran Berber. Selama periode ini `Abd al-Qadir menunjukkan kepemimpinan politik dan militer, dan bertindak sebagai administrator mampu dan seorang orator persuasif. kuat iman-Nya dalam doktrin Islam tidak diragukan lagi. Ibid,.-

[8] Maryam,siti(ed).Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,Yogyakarta: LESFI.2004 hal. 238.

[9] Ibid,.- hal. 239

[10] Maryam,siti(ed).Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,Yogyakarta: LESFI.2004 hal. 239

[11] Ibid,.- hal.hal. 239

[12]Ibid,.- hal.004 hal. 239-240

[13] Ada juga yang menyatakan sebagian penduduk Tunisia melarikan diri di Tripolian.

[14]Ibid,.- hal. 916

[15] Maryam,siti(ed).Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,Yogyakarta: LESFI.2004 hal. 243

[16] Ibid,.- hal. 243

[17] Maryam,siti(ed).Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,Yogyakarta: LESFI.2004 hal. 244

[18] Salah satu peranan kekuasaan pribumi adalah Dinasti Alaouite yang melawan mencoba melakukan perlawanan.

[19] Hitti,Philip.K.History Of Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,2006. hal. 916

[20] Maryam,siti(ed).Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,Yogyakarta: LESFI.2004 hal. 246

[21] Hasil baca: Ibid,.- hal. 250

[22] Hasil baca: Maryam,siti(ed).Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,Yogyakarta: LESFI.2004 hal. 250-251

[23] Hasil baca: Ibid,.- hal.249-251

[24] Hasil baca: A. Maftuh Abegebriel dkk, Negara Tuhan, halaman 401-404.

[25] Hasil baca: Ibid,.- hal. 406-411.

Read more »

wibiya widget

 
Great HTML Templates from easytemplates.com.